"Potensi bisnis Asuransi di Indonesia
masih sangat besar dengan potensi pasar yang masih sangat luas untuk
digarap, mengingat masih sangat kecilnya prosentase penduduk Indonesia
yang berasuransi yaitu baru sekitar 10 persen dari total jumlah penduduk
Indonesia, " Belum banyak masyarakat Indonesia yang memiliki asuransi.
Hal ini menjadi potensi besar bagi perusahaan asuransi untuk
menawarkan produknya.
Sekarang ini, saluran distribusi
penjualan produk asuransi masih didominasi oleh agen dengan persentase
mencapai 90 persen.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Muliaman D Hadad mengatakan, potensi
bisnis asuransi di Indonesia masih sangat besar seiring dengan masih
rendahnya masyarakat yang memiliki produk asuransi. Ini potensi bagi
pelaku industri asuransi dan perbankan untuk menjajakan produknya.
"Pak Rosan tadi mengatakan potensi masih sangat besar karena Indonesia termasuk salah satu negara dalam kelompok underinsured.
Artinya, negara yang penduduknya memiliki atau dukungan dengan asuransi
masih sangat rendah," sebut Muliaman dalam sebuah seminar bancassurance, di Jakarta, Rabu (20/6/2012).
Muliaman
menjelaskan, rasio bisnis asuransi terhadap produk domestik bruto (PDB)
Indonesia masih rendah, khususnya di antara negara-negara ASEAN.
Kondisi ini sama halnya dengan rasio kredit terhadap PDB, yang juga
masih rendah. Namun, ia melihat kebutuhan masyarakat akan produk
asuransi semakin tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Masyarakat juga
menginginkan produk asuransi yang kian baik.
Kondisi ini, kata dia, merupakan potensi bagi industri asuransi. "Semakin sophisticated industri keuangan, semakin banyak yang bisa ditawarkan. Semakin sophisticated nasabah, semakin banyak juga tuntutan terhadap inovasi pelayanan jasa sektor keuangan," papar Muliaman.
Untuk
memaksimalkan potensi tersebut, ia menyebutkan diperlukan adanya
pendalaman pasar keuangan dan inovasi produk keuangan. Ekspansi kegiatan
usaha industri keuangan juga menjadi sesuatu yang sangat diperlukan.
Akan tetapi, kata dia, baik industri asuransi maupun perbankan harus
menghadapi risiko. Risiko itu terkait dengan kondisi perekonomian
sekarang ini, di mana krisis Eropa masih belum usai.
Muliaman
mengatakan, risiko bukan untuk dihindari, melainkan dikelola. Kemampuan
perekonomian Indonesia mengelola risiko pun dinilainya semakin hari
semakin baik. Hal ini lantaran Indonesia telah mengalami pengalaman
menghadapi krisis dalam lima tahun belakangan. Menurut dia, industri
keuangan akan sanggup mengelola risiko yang ada.
"Kita tentu saja tetap vigilent (waspada) terhadap apa yang terjadi di Eropa. Kita perlu endurance atau
stamina yang cukup baik karena krisis Eropa ini kelihatannya tidak
selesai dalam waktu yang cepat. Tetapi, tetap saja tidak perlu kita
kehilangan optimisme karena selama ini telah terbukti industri keuangan
dengan pasar dalam negeri yang sangat luas," pungkas Muliaman. sumber:kompas.com
Apakah kita telah siap dengan berbagai kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi?
Apakah kita sudah memiliki antisipasi yang memadai untuk menghadapi seluruh risiko tersebut ?
segera miliki rencana mengelola resiko keuangan keluarga
SEGERA..
call-sms
0821-381-250-31
email: marketingaxa@gmail.com